English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

SANGKAR

SANGKAR
PRODUKSI

Tuesday, February 07, 2012

hasil dari menanam pohon jabon


Satu jabon bayak faedah


Bukan hanya panen kayu, pekebun jabon kini juga menyuling bunga, mengekstrak daun atau kulit batang.
Pohon jabon setinggi atap itu sarat buah. Buah-buah seukuran bola tenis menggelayut hampir di sekujur pohon. Bahkan, banyak buah jatuh berserakan di bawah kanopi pohon yang tumbuh di belakang kantor Pusat Penelitian Kehutanan (FRC, Forestry Research Centre) di Kota Vientiane, Laos. Menurut Kepala FRC, masyarakat Laos belum terbiasa membudidayakan pohon anggota famili Rubiaceae itu.
Itulah sebabnya benih atau buah yang jatuh berserakan tak dimanfaatkan. Mereka membiarkan buah-buah itu berserakan  karena belum mengenal teknik ekstraksi biji, mengecambahkan, pembibitan, hingga budidaya. Jika ada pohon kerabat kopi yang tumbuh, dapat dipastikan itu bukan hasil budidaya.
Di pinggiran Kota Vientiane, misalnya, di sebuah pematang sawah di pinggir jalan itu tumbuh dua pohon jabon setinggi 10 meter. Petani pemilik pohon itu menjelaskan bahwa kayu pohon jabon baik untuk menumbuhkan jamur tiram. Berbagai negara lain seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia  justru sebaliknya, membudidayakan dan memproses jabon menjadi berbagai bentuk kayu olahan.
Khatulistiwa
Cina juga membudidayakan jabon Anthocephalus cadamba. Pertumbuhan jabon di negeri Tiongkok relatif lambat, yakni  tinggi 2-3 m per tahun dan pertumbuhan diameter 4,5-5,5 cm. Bandingkan dengan pertumbuhan  jabon di Indonesia, yakni tinggi per tahun mencapai 5-7 m, sedangkan diameter 7,5-12,5 cm per tahun. Harap mafhum, kondisi Indonesia memang ideal untuk pertumbuhan pohon kerabat kopi itu. Ketersediaan sinar matahari, air, dan kesuburan tanah memadai untuk pertumbuhan jabon.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan jabon yang cepat dan daun yang rapat, peneliti di Filipina menganjurkan jarak tanam ideal 4 m x 4 m. Total populasi mencapai 625 pohon. Penjarangan atau panen total ketika pohon berumur  5 tahun. Pengalaman pekebun di Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, dan Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang membudiyakan jabon berjarak tanam 3 m x 3 m, penjarangan harus dilakukan ketika pohon berumur 3 tahun.
Jabon memang pohon yang menakjubkan, dari segi bentuk alaminya dengan batang yang lurus, silindris, nyaris tanpa cabang. Sebab, jabon mampu melakukan pemangkasan alami alias bersifat absisi. Akibatnya rendemen kayu yang dihasilkan per pohon menjadi tinggi. Jika potongan kayu bernilai premium adalah berdiameter minimal 30 cm, lurus dan panjang 2,6 m, dan maksimum hanya memiliki 2 mata kayu, maka potongan kayu dari satu pohon jabon yang masuk kategori premium lebih besar dibandingkan dengan sengon dengan diameter yang sama.
Semakin jauh dari garis khatulistiwa, kelihatannya pertumbuhan jabon juga melambat. Oleh karena itu mestinya Indonesia memiliki keunggulan lebih dibandingkan negara-negara lain pemilik pohon jabon seperti Laos dan Tiongkok. Sebab, pertumbuhan di Indonesia paling cepat. Meski demikian Indonesia termasuk tertinggal dalam pemanfaatan pohon jabon. Saat ini penggunaannya terbatas pada kayunya saja, yaitu untuk kayu lapis dan kayu pertukangan.
Suling bunga
Negara-negara lain seperti India dan Tiongkok memanfaatkan kayu untuk berbagai keperluan industri dan rumah tangga. Mereka juga manfaatkan bunga. Untuk apa bunga jabon itu? Mereka menyuling bunga jabon sebagai bahan parfum, mengekstrak daun dan kulit batang untuk bahan obat. Selain itu mereka juga menjual pohon jabon secara komersial sebagai tanaman hias dengan harga yang tinggi. Sebab, bentuk dan aroma bunga yang harum.
Namun, jika berhasrat menanam pohon jabon di dekat rumah sebagai tanaman hias, maka pohon perlu dipendekkan dengan memotong batang utama pada ketinggian tertentu. Tujuannya agar kelak tidak tumbang dan menimpa rumah. Dari informasi pemanfaatan pohon jabon di berbagai negara, maka pohon jabon bukan hanya menyebar secara alami dari Tiongkok sampai Papua New Guinea, tetapi juga seluruh bagian pohonnya bermanfaat.
Pemanfaatan kayu jabon di negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam belum intensif. Di tanahair, peluang pasar kayu jabon untuk memenuhi kebutuhan kayu gergajian (papan, reng, kaso, balok), kayu lapis, moulding, pulp dan kertas, gagang sapu, sumpit, kotak telur, dan palet masih tinggi. Oleh karena itu sebenarnya tidak perlu khawatir akan pasar kayu jabon jika ingin berinvestasi.  Dari segi harga, menjual kayu jabon ke penggergajian lokal lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjual ke perusahaan besar untuk kayu lapis dan moulding. Di penggergajian lokal, kayu tidak dinilai berdasar kualitas, tetapi kubikasinya.
Adaptasi tinggi
Dari segi adaptasi, jabon dapat tumbuh dalam segala kondisi lahan dari ketinggian 0-1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Bahkan, jabon mampu beradaptasi di lahan-lahan yang tergenang. Namun, untuk tujuan investasi, ukuran mampu tumbuh tidaklah cukup, tetapi harus mampu tumbuh dengan produktivitas yang tinggi.  Penanaman jabon di ketinggian tempat lebih dari 500 m dpl, di bawah naungan, dan genangan menyebabkan produktivitas berkurang lebih dari 50%.
Oleh karena itu pekebun harus menghindari budidaya jabon di sawah-sawah yang telah dikeringkan maupun rawa-rawa kering yang berpotensi tergenang pada musim hujan. Pembuatan guludan di lahan-lahan bekas sawah, tidak dapat memperbaiki pertumbuhan jabon.  Pohon jabon hanya mengutamakan pertumbuhan ke atas, sehingga gangguan pertumbuhan akar ke bawah akan mengganggu pertumbuhan tinggi. Pengaruh genangan, khususnya di lahan bekas sawah, tampak setelah pohon berumur 1,5 tahun.
Ketinggian tempat dari muka laut juga penting. Jabon berumur 7 tahun yang tumbuh di ketinggian 800 m dpl memiliki diameter 20-25 cm. Nun di Bogor pada ketinggian tempat 200 m dpl, diameter 20-25 cm dapat dicapai pada umur 2 tahun saja, tinggi pohon mencapai 12 m. Pohon-pohon jabon di lahan yang sama di Bogor, tetapi mendapat naungan dari pohon yang pertumbuhannya lebih cepat juga menghambat pertumbuhan pohon cadamba.
Dengan budidaya tepat diharapkan pada masa mendatang penanaman pohon jabon tidak hanya memberikan keuntungan jangka panjang (kayu dan akarnya yang dapat digunakan untuk bahan pewarna kuning). Namun, dalam jangka pendek untuk diolah bunga, buah, daun dan kulit batangnya.  (Dr Ir Irdika Mansur M For Sc, Deputy Director for Resource Management and Communication SEAMEO BIOTROP dan Dosen Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB).
www.trubus-online.com

No comments:

Post a Comment